Oleh Dyan Saryani
Bulan ramadan baru memasuki minggu pertama, bahkan belum genap seminggu. Di masjid dekat rumah saya, momen bulan ramadan begitu ditunggu oleh banyak orang. Teringat masa kecil, saya dan teman-teman kecil saya berbondong-bondong untuk segera ke masjid untuk shalat tarawih. Memang sih, kami malah akan bermain dan tidak banyak fokus shalat. Kami masih tidak mengetahui makna sebenarnya dari ini semua. Bagi kami, yang penting kami memiliki waktu untuk berkumpul dan bermain.
Tahun silih berganti, saya mengerti bahwa momen ramadan ini memang layak untuk ditunggu. Bulan puasa kini saya ketahui memiliki banyak berkah, tak perlu lagi disebutkan. Bulan ramadan memang momentum yang layak, layak ditunggu dan dijalankan oleh seluruh umat muslim.
Malam itu, saya menjalani shalat tarawih, seperti biasa. Karena penuh, saya mendapatkan barisan paling belakang, di belakang anak-anak kecil tepatnya. Di depan saya, ada 4 anak kecil yang shalat berjajaran, mengingatkan saya tentang masa kecil dulu. Saya juga sering shalat bersandingan dengan sahabat dekat saya, satu-satunya sahabat dekat saya di lingkungan saya.
4 anak itu, saya tidak tahu siapa saja nama mereka. Namun, selintas melihat, mereka pasti masih SD, ada juga yang menurut kisaran saya masih TK. Ah, kembali mengingat masa kecil. Sebentar saya mengamati, ternyata si kecil ini adik dari bocah kecil paling kanan. Dua sebelahnya pasti teman mengaji, pikir saya. Kita sebut saja, si kakak, si kecil, bocah kecil dan bocah besar. Dari awal shalat isya dimulai, mereka khusyu' sekali mengikuti gerakan dan suara imam.
Saat waktunya tarawih, satu bocah mulai bertingkah. Ia mulai menggoda si kakak, menundukkan kepalanya dengan ekspresi konyol untuk membuatnya tertawa. Si kecil mulai ikut melihat dan tertawa. Si kakak rupanya mudah teralihkan. Ia kemudian juga ikut terkekeh. Bocah besar ini memang usil. Ia juga menggoda bocah kecil, tapi ia terlalu khusyu' shalat, atau mungkin karena ia diawasi oleh sang ibu. Bocah besar ini kemudian menghasut si kecil untuk ikut menggoda kakaknya. Dasar anak kecil, ia kemudian menggoda kakaknya mengikuti Bocah besar.
Beberapa kali mereka ditegur oleh ibu-ibu yang juga sedang shalat, namun rupanya mereka tidak juga jera. Si Bocah besar tetap mengeluarkan ekspresi konyolnya yang membuat konsentrasi si kakak dan si kecil buyar. Si Bocah kecil awalnya juga teralihkan dengan ini, namun akhirnya ia ketus dan khusyu'.
4 anak kecil ini mengingatkan saya pada manusia, nafsu, niat dan godaan. Kita andaikan saja Bocah besar ini sebagai nafsu, si kecil sebagai godaan, si kakak sebagai manusia itu sendiri dan bocah kecil sebagai niat. Semua hal itu ada di dalam diri kita semua sebagai manusia. Hanya saja, kembali kepada satu hal yang penting yaitu niat. Ketika kita berniat untuk melakukan suatu hal, pasti akan ada saja godaan yang datang. Yang terjadi selanjutnya akan digantungkan apakah manusia ini akan mengikuti nafsunya melakukan godaan itu atau tetap teguh dengan niatnya.
Ini juga mengingatkan saya tentang bulan puasa yang seakan penuh dengan godaan. Manusia pasti memiliki nafsu dan bisa saja tergoda, namun dengan niat yang besar, pasti tujuan apapun bisa dicapai.
Bulan Ramadan masih berjalan, mari kita jaga niat di dalam hati dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Nafsu dan godaan bukanlah halangan yang berarti ketika kita memiliki niat yang besar dan baik. Selamat berpuasa :)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar